
KOBOI KAMPUS
Lalu kapan
saya akan di Wisuda//Adik kelas
sudah lebih dulu//Rasa cemas
merasa masih begini//Temen baik
sudah di DO//Orang tua di
desa menunggu//Calon istri
gelisah menanti
Orang desa
sudah banyak menganggap//Aku jaya di
negeri orang//Tolonglah diriku
…//Koboi kampus
yang banyak kasus//Hatiku cemas
…//Gelisah
sepanjang waktu-waktuku//Kalau bisa
bantulah aku//Luluskan apa
adanya//Bagaimna?
begitu saja//Nanti kaya
bapak dibagi//Tolonglah
diriku …//Koboi kampus
yang banyak kasus//Hatiku cemas
…//Gelisah
sepanjang hari-hariku//Maafkan aku
ayah …
Cipt:
The Panas DalamSengaja saya buka tulisan kali ini dengan lirik lagu The Panas Dalam. Lagu yang jujur dan (mungkin) menyindir beberapa kawan-kawan mahasiswa 'bapuk' yang saat ini belum menyandang predikat sarjana. Lagu ini mengisahkan kegelisahan dan kepedihan mahasiswa yang tak kunjung lulus padahal.
Barangkali
saya keluar dari asusmsi kebanyakan orang yang mengatakan bahwa mahasiswa yang
lulus lama adalah mahasiswa yang bodoh, dan berbagai asumsi yang --menurut
saya-- memojokkan mahasiswa tersebut. Di masyarakat kita, lulus lama selalu
dikaitkan dengan negatif-negatif, hanya segelintir orang yang mempunyai
pandangan positif terhadap kasus tersebut.
Saya sengaja
menulis ini lantaran merasa penat melihat pemandangan deadline di skret (apa
hubungannya, yak? Hahaha). Muka-muka lelah, letih, lesu, dan muak dengan segala
permasalahan kampus yang tak pernah lekang. Sebelum tergerak untuk menuliskan
ini, saya berbincang dengan adek kelas saya yang mengeluh karena ia tak boleh
mengikuti UAS di semua mata kuliahnya di semester ini.
Saya
prihatin, dan mencoba membangkitkan semangatnya untuk tetap rajin kuliah dan
sebagainya. Meski saya sadar, bahwa saya orang munafik yang hanya bisa
mengingatkan. Terlepas dari itu semua, saya tak ingin adek-adek saya mengalami
hal yang sama sepertiku, membiarkan kemalasan terus menjalar mengrogoti
sendi-sendi kehidupan.
Kembali ke
kuliah lama. Lulus lama atau sebentar adalah pilihan seorang mahasiswa. Lulus
cepat bukan jaminan seorang mahasiswa itu pandai atau sebagainya. Karena
menurut pengamatan saya (semoga saja tidak salah), mahasiswa yang lulus cepat
hanya menang rajin dan hanya ingin menjadi kebo yang ketika disuruh ke kiri
maka ia akan mengikutinya.
Begitupun
mahasiswa yang lulus lama bukan berarti ia bodoh, malas atau sebagainya. Banyak
faktor yang memengaruhi hal tersebut. Mari kita coba bahasa dan kelompokkan
bersama-sama apa yang menyebabkan mahasiswa lulus lama.
Pertama,
kebanyakan mahasiswa yang lulus lama disebabkan ia terlalu aktif di luar kelas.
Mengikuti kegiatan intra maupun ekstra kampus, UKM, Organisai Ekstra, dan lain
sebagainya. Menurut saya, hal ini lebih positif dibandingkan mahasiswa
kupu-kupu (kuliah pulang-kuliah pulang). Karena ilmu yang didapatkan di dalam
kelas (katakanlah) 10 persen saja.
Kedua,
mahasiswa yang suka berdemonstrasi menyikapi perkembangan politik, sosial,
maupun kebijakan pemerintah yang dianggap tak pro rakyat. Mahasiswa tipe
seperti ini biasanya jarang betah berada di dalam kelas. Tipe kedua ini bagi
saya juga lebih baik daripada mahasiswa kupu-kupu. Karena bagaimanapun,
demonstrasi adalah bentuk pengabdian kepada masyarakat, seperti yang telah
dipaparkan dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Ketiga,
mahasiswa yang nyambi kerja untuk mencukupi keseharian dan biaya SPP kuliahnya.
Inilah para pejuang yang tak elok jika disandingkan dengan mahasiswa kupu-kupu
cupu yang nyaman berlindung dan merengek di ketek orang tuanya. Mengutip kata-kata Pramoedya
Ananta Toer, “Berbahagialah dia yang makan dari keringatnya sendiri, berusaha
karena usahanya sendiri, dan maju karena pengalamannya sendiri,” (Nyai
Ontosoroh, hal 39).
Keempat,
mahasiswa yang hobi PDKT dan selalu mendapat penolakan dari cewek-cewek yang ia
dekati. Mahasiswa tipe ini biasanya rajin kuliah namun tidak memiliki niat
mulia untuk mengeruk ilmu di dalam kelas. Kesehariannya hanya untuk tampil
keren dan menebar pesona ke setiap wanita. Ujung-ujungnya UAS tak bisa menjawab
soal dan gagal menyontek kawan sebelah, akhirnya nilai keluar D atau E.
Yang kelima,
tren pekerjaan sampingan mahasiswa yang gajinya cukup menggiurkan, menjadi
transcriber. Transciber audio menjadi tren kebanyakan mahasiswa, selembar 3.500
cukup menghancurkan perkuliahan. Melekan setiap malam untuk menuliskan apa yang
ia dengar dari rekaman membuat waktu kuliah dialihkan untuk memjamkan mata.
Yang
terakhir, mahasiswa pengangguran, tak ikut organisasi, tak ikut demo, tak punya
pacar, tak rajin solat, dan jarang membaca buku. Mahasiswa seperti ini susah
ditebak, biasanya lulus cepat karena faktor keberuntungan dan lulus lama karena
selalu meratapi kehidupannya.
0 comments:
Post a Comment